
Raden Sirait melanglang buana dengan kebayanya memang bukan sebuah impian semata. Putra Batak ini berhasil membuktikan bahwa kebaya memang bisa diterima di belahan manapun dan dalam kesempatan apapun. Karenanya, eksplorasi pada busana khas Indonesia tersebut tak berbatas. Berbagai konsep liar dan imajinatif mengalir deras dalam tiap busana yang dirancangnya.
Dalam pergelaran bertajuk “Kebaya For The World: Journey of Love, Lima Tahun Cinta Raden Sirait Untuk Kebaya" yang digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Kamis (31/3) malam, sederet kebaya apik nan inovatif pun dipamerkan. Raden memamerkan kreasi indah kebaya dengan berbagai kain Nusantara dan kain dari berbagai belahan dunia yang sempat disambanginya.
Meski Raden bukanlah desainer yang bisa membuat sketsa, pola, dan menjahit, namun keterbatasan tersebut tak mengurangi keindahan kebaya yang diciptakan Raden. Selalu ada filosofi yang diusung bungsu dari 7 bersaudara ini ketika mengejawantahkan busana tradisional tersebut.
Cinta Raden pada kebaya memang tak sanggup terurai dengan kata. Baginya, cinta itu memiliki tiga ciri yakni, advance, indah, dan baik.
"Saya berusaha membuat kebaya yang saya temukan inspirasinya dan kemudian saya buat dengan bernafaskan cinta. Dan kebaya adalah wujud dari cinta itu sendiri," papar Raden.
Saking luasnya cinta tersebut, 155 lebih kebaya yang dipamerkan Raden dalam pagelaran tunggalnya pun mencakup seluruh elemen, yakni keluarga, sahabat, kolega, Tanah Air, dunia hingga bumi yang menjadi pijakan manusia menjalani kehidupan.
"Cinta itu bukan hanya untuk manusia, tapi juga makhluk hidup lainnya seperti hewan, tumbuhan, dan bumi," ungkap Raden.
Kecintaan terhadap bumi pun diterjemahkan Raden lewat galabusana yang dibawakan salah satu ikonnya Nadine Chandrawinata pada sekuel akhir. Raden yang baru saja ditunjuk menjadi duta WWF tersebut menampilkan unsur alam dalam sebuah busana. Kebaya berwarna toska berbentuk “wrapdress” bersusun di bagian bawah tersebut mengetengahkan lima unsur bumi yakni air, udara, tanah, kayu dan api. Kelima unsur tersebut tersebar dalam ornamen di tangan, hiasan kepala, torso kebaya hingga rok bawah yang bertumpuk.
"Filosofi dari tingkat tumpukan tersebut mengandung arti bahwa laut itu terdiri dari laut dalam, sedang dan butek. Rambut yang menjulang tinggi itu merupakan representasi udara yang membumbung tinggi, sementara torso mencerminkan api, tanah dan laut," katanya.
Lewat busana tersebut, perancang jebolan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini ingin menyampaikan pesan bahwa “Life is Beautiful”. Namun kehidupan yang indah itu pun perlu didukung dengan kesadaran untuk menjaga keselarasan lima unsur bumi yang ada.
"Kalau kita mau hidup di dunia ini harus menyelaraskan lima unsur tersebut. Manfaatnya bukan hanya untuk kita semata, tapi juga demi kehidupan anak cucu di masa mendatang," pesan Raden.
(tty)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar