
"Meninggalnya di rumah, di Tebet. Baru dibawa ke Rumah Duka RS Cikini ruang dua. Nanti sore akan pindah ke ruang empat dan lima," kata petugas bagian Rumah Duka RS Cikini, Nana saat dihubungi okezone, Jumat (1/4/2011).
Setelah disemayamkan mulai hari ini sampai Minggu besok, jenazah Peter Sie rencananya dikremasi di rumah kremasi Oasis Lestari Tangerang pada Minggu.
"Rencananya dikremasi di Oasis Lestari Tangerang pada Minggu besok. Berangkat dari RS Cikini pada pukul 08.00 sampai 08.30 WIB," jelas Nana.
Belum diketahui pasti penyebab meninggalnya pria kelahiran Bogor, 28 Desember 1929 itu. Berdasarkan surat kematian yang diterima Rumah Duka RS Cikini hanya menyantumkan "penyakit tidak menular".
"Lebih karena usia lanjut, 82 tahun. Ada dokter pribadi yang lebih mengetahuinya," papar Nana.
Sejak kecil, anak bungsu dari tujuh bersaudara Sie Tjeng Hay, pemilik toko makanan di Bogor ini memiliki ketertarikan pada dunia jahit-menjahit. Dia pun mendapat bimbingan dari Mak Wek -penjahit keluarganya- yang datang setiap dua pekan. Pada usia 15, Peter berketetapan hati menjadi penjahit. Sekolah formalnya berantakan.
Dua tahun kemudian, kakak iparnya, Kho Han Gao, mengajak Peter ke Belanda. Di sana, Peter masuk Vaschool voor Kleermaker & Coupeuse, Den Haag. Pulang ke Tanah Air pada 1954, dia langsung merintis karier sebagai penjahit.
Sejumlah desainer muda Indonesia beberapa sempat magang pada Peter Sie, salah satunya adalah Harry Dharsono. Peter Sie juga rajin hadir dalam peragaan busana yang diadakan oleh desainer muda.
Peter dikenal karena ketelitian dan kehalusan pengerjaan busana buatannya. Pelanggannya adalah para perempuan kalangan elite, termasuk keluarga Presiden Soekarno. Bahkan hingga hari tuanya Peter Sie masih membuatkan busana untuk pelanggan setianya yang juga mengajak anak-anak perempuan mereka membuat baju di workshop Peter Sie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar