Kamis, 31 Maret 2011

Batik Getengon, Kain Nusantara Bernilai Tinngi Asal Madura

(Foto: Ist.) BATIK gentongan Madura merupakan kekayaan bangsa yang berkualitas dan bernilai tinggi. Meski harganya tidak murah, batik gentongan selalu diburu para kolektor batik. Mengenali ciri dan proses pembuatannya akan membuka mata kita untuk semakin mencintainya.

Okezone diberi kesempatan ikut mempelajari proses pembuatan batik gentong Madura bersama perancang busana Edward Hutabarat dan Attack Batik Cleaner dalam misi "Cintaku Pada Batik Takkan Pernah Pudar". Perjalanan mengarah tempat pembuatan batik gentongan di Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan dan batik kontemporer di Kabupaten Pamekasan, Madura.

Sedikit cerita mengenai batik gentongan. Penamaan batik gentongan merujuk pada salah satu perkakas penting dalam proses pembuatannya, yakni gentong atau gerabah. Gentong digunakan dalam proses pewarnaan dengan bahan-bahan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti kulit mengkudu, kulit mundu, kult buah jelawe, kayu jambal, kayu jirek, dan sebagainya.

Masing-masing bahan alami memberikan efek warna tersendiri. Lamanya perendaman kain dalam proses pewarnaan mencapai 3-6 bulan. Maka tidak mengherankan jika untuk menghasilkan selembar kain batik gentongan klasik diperlukan pengerjaan hingga setahun.

Ciri-ciri batik gentongan selaras dengan ciri umum batik pesisiran, yakni warna-warna berani (colorful) dan hadirnya corak-corak bahari, seperti kapal, rumput laut, dan lainnya. Selain itu, batik gentongan selintas terlihat basah, padahal ketika diraba tekstur kainnya halus dan kering.
(ftr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar