Kamis, 31 Maret 2011

Raden Sirait Berbagai Cinta Lewat Kebaya

Raden Sirait berbagi cinta lewat kebaya. (Foto: Dwi Indah Nurcahyani) CINTA yang begitu luas makna dan cakupannya bisa tertuang dalam berbagai rupa, tak terkecuali dalam sehelai busana. Untuk menggambarkan cinta, takkan ada lahan yang sanggup melukiskannya. Cinta yang begitu agung serta universal bisa tertuang dalam bentuk apapun. Dan, cinta universal ini pula yang diresapi Raden Sirait.

Desainer kelahiran Porsea ini memilih menuangkan sebongkah cintanya untuk mengulik keindahan busana Nusantara.

"Kebaya itu pengejawantahan dari cinta itu sendiri. Cinta tidak bisa dilihat namun bisa dirasakan secara emosional, karenanya perlu pengejawantahan dalam bentuk fisik. Dan kebaya adalah refleksi dari cinta yang saya miliki," kata Raden saat konferensi pers di foyer Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Kamis (31/3/2011).

Rasa cinta Raden terhadap kebaya memang begitu kuat. Itu terlihat dalam 155 busana kebaya lebih yang dipamerkan dalam pergelaran tunggal yang menandai perjalanan dirinya mengolah busana adiluhung tersebut selama lima tahun.

Mengusung tema “Kebaya For The World: Journey of Love, Lima Tahun Cinta Raden Sirait untuk Kebaya", sarjana lulusan Institut Pertanian Bogor ini secara liar menuangkan gagasannya mendesain kebaya. Puluhan kebaya yang sudah berevolusi hadir memenuhi panggung apik berlatar ala Timur Tengah dan Eropa yang kental dengan nuansa gold

Di atas panggung sengaja dibuat berstruktur tiga undakan yang mengguratkan filosofi penggambaran kehidupan manusia tersebut Raden secara gamblang menegaskan ekspresi cintanya yang meletup-letup terhadap kebaya.

Kesan evolusi zaman dan akulturasi budaya lokal dan luar pun sangat kental membaur di antara puluhan koleksi yang ditampilkannya. Pada sesi awal kebaya yang ditampilkannya dominan dengan bentuk kebaya ala Mesopotamia.

Kesan ratu dihadirkan lewat siluet kebaya yang memeluk tubuh dan dipadu dengan bawahan batik, songket, ulos, dan sebagainya. Citra seorang ratu ditegaskan melalui bentuk jubah mantel yang menutup bagian luar kebaya dengan aksen kerah tinggi dan berdiri. 

Di sesi selanjutnya, Raden menyajikan busana kebaya dengan kesan ekstravaganza. Kebaya yang biasanya formil disulap Raden dalam bentuk baju seksi yang dipadu dengan hot pants, stoking, dan bot.

Di pertengahan ada pula kebaya yang mengadopsi berbagai budaya Nusantara. Ada Bali, Papua, Jawa, dan beberapa propinsi lainnya yang menjadi inspirasi. Tak heran, penonton yang memadati Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki pada malam itu sempat dibuat kagum dengan tampilan kebaya yang berpadu rok rumbai-rumbai di mana identik dengan budaya Papua. Atau keindahan kebaya dengan paduan kain yang menjuntai mermotif macan tutul khas Afrika.

Raden sepertinya memang ingin menampilkan keindahan kebaya secara utuh. Keuniversalan kebaya ditampilkan Raden dengan adaptasi seni dan budaya dari seluruh penjuru.

"Misi terbesar saya memang ingin memperkenalkan dan mempopulerkan kebaya di kancah internasional. Jadi, kebaya tak hanya dipakai warga Indonesia tapi juga para pesohor dunia," tutupnya.
(nsa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar