Selasa, 12 April 2011

10 Keampuhan Ungkapan "Aku Cinta Kamu"



HANYA tiga kata sederhana bisa bermakna seluruh dunia untuk seseorang. Seiring hubungan yang semakin matang, Anda mungkin mulai lupa untuk mengatakan "Aku mencintaimu" saat terjebak dalam rutinitas sehari-hari.

Mengatakan pada pasangan betapa Anda mencintainya akan membantu Anda mempertahankan ikatan dengannya dari waktu ke waktu. Gunakanlah ungkapan tersebut dengan bebas untuk menyatakan hal-hal berikut, seperti dilansir dari ModernMom.

Cinta

Tentu saja, alasan terbaik untuk mengatakan "Aku mencintaimu" adalah karena Anda benar-benar mencintai orang tersebut. Namun mungkin, Anda akan menemukan momen dalam hidup ketika Anda melontarkannya tanpa alasan tertentu.

Meyakinkannya

Mendengar kata-kata ini sering kali memungkinkan orang lain untuk merasa yakin bahwa Anda benar-benar mencintainya dan berpikir tentang dia, meskipun Anda mungkin terjebak dalam hal-hal lain. Jika Anda pergi terlalu lama tanpa dia mendengar bahwa Anda mencintainya, dia mungkin mulai khawatir dan berpikir bahwa Anda tidak lagi mencintainya.

Karena Anda bisa

Nyatakan cinta dengan bebas karena Anda tidak pernah tahu kapan Anda mungkin tidak memiliki kesempatan untuk melakukannya lagi.

Rasa aman

Mendengar kata-kata "Aku mencintaimu" bisa membuat seseorang merasa lebih aman dalam hubungan. Dia akan tahu perasaan Anda dan di mana dia berdiri.

Makin dekat

Akuilah, mungkin Anda berdua jarang berkumpul berdua. Mengingatkan pasangan bahwa Anda mencintainya bisa membantunya merasa lebih dekat dengan Anda,

Dapatkan balasan

Ketika Anda mengatakan "Aku mencintaimu", Anda akan mendengarnya kembali dari pasangan. Jika Anda sedang merasa kesepian dan jauh darinya, ucapkan kata-kata ini. Dijamin, Anda akan mendapatkannya kembali. Hal ini dapat membuat Anda merasa lebih baik tentang diri dan posisi Anda dalam hubungan.

Menyejukkan

Bila Anda sedang berselisih dengannya, kata "I love you" menjadi senjata ampuh untuk menyatakan bahwa Anda benar-benar mencintainya, meskipun sedang berdebat.

Perlindungan

Ketika pasangan dilanda stres, pikirannya akan menanggung beban berat. Datanglah padanya dan katakan "Aku mencintaimu" untuk Anda bisa melindunginya dan menunjukkan bahwa Anda selalu berada di sisinya.

Kebanggaan

Ketika pasangan mendapatkan sebuah prestasi, seperti promosi di tempat kerja, Anda tentu merasa bangga bahwa Anda adalah istrinya. Katakan kepadanya bahwa Anda mencintainya untuk menunjukkan rasa bangga itu.

Rayuan

Akuilah, kadang-kadang Anda mengatakan "Aku mencintaimu" karena ingin mendapatkan apa yang Anda inginkan. Alhasil, suami tidak bisa mengelak untuk mencuci piring, pergi ke toko pukul 03.00 untuk membeli es krim saat Anda ngidam, bahkan membunuh laba-laba besar di sudut kamar. Buatnya mungkin tidak menyenangkan, tetapi efektif untuk Anda. Jadi, jangan malu untuk menggunakan kata-kata ini.
(ftr)

Kamis, 31 Maret 2011

Raden Sirait Usung Akulturasi Budaya Lokal & Luar

Rancangan Raden Sirait (Foto: Ist)
SELALU ada celah menarik untuk memadukan unsur lokal dan luar dalam sebuah busana. Inspirasi itu pula yang menggelitik Raden Sirait dalam rancangan busananya untuk pergelaran akbar yang menandai perjalanan 5 tahun dirinya menekuni dunia rancang kebaya.

Kecintaannya pada kebaya melahirkan keinginan untuk mengeksplorasi busana khas Indonesia tersebut. Dari sana, Raden Sirait kemudian menuangkan kecintaannya lewat sebuah konsep bertema “Kebaya For The World” yang telah ditekuninya selama 5 tahun. Raden memang bisa dibilang pendatang baru di dunia rancang kebaya, namun sebenarnya jebolan IPB ini telah menjajaki dunia fesyen selama 15 tahun lamanya. Guna menandai perjalanannya tersebut, khususnya di dunia rancang kebaya, Raden Sirait pun mengelar perhelatan akbar bertajuk “Kebaya For The World:  Journey of Love: Lima Tahun Cinta Raden Sirait untuk Kebaya" yang digelar pada Kamis, 30 Maret 2011.

Raden Sirait yang khas dengan desain kebaya yang asimetris tersebut bakal mengetengahkan tak kurang dari 155 busana yang terbagi dalam 15 sekuel dalam pergelaran yang bakal diselenggarakan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

“Tujuh sekuel di antaranya akan menampilkan koleksi yang mewakili busana lama, sementara 8 sekuel berikutnya menghadirkan koleksi terbaru,” ujar Raden Sirait yang dihubungi okezone melalui telepon selulernya, Rabu (30/3/2011).

Uniknya, pergelaran yang bakal berlangsung selama 2,5 jam tersebut akan menyuguhkan budaya teatrikal di mana sekitar 150 model lebih terlibat di dalamnya. Keunikan lainnya terletak pada desain yang disuguhkan Raden Sirait. Mantan karyawan marketing di sebuah perbankan nasional ini mengatakan, sajian akulturasi budaya Indonesia dan dunia akan menjadi nilai menarik yang bakal disuguhkan dalam pagelaran tersebut.

“Pergelaran ini akan sangat berbeda dengan yang sudah digelar sebelumnya. Dari perjalanan keliling dunia yang saya lakukan sejak lama, saya  mengumpulkan material unik dari Nepal, India, China, Korea, dan berbagai negara lainnya,” ungkap Raden yang tahun lalu fokus melakukan perjalanan selama 103 hari tersebut.

Meski memakai sebagian material dari berbagai belahan dunia, Raden tetap mengedepankan unsur Indonesia dalam rancangannya.

“Semuanya tetap kental dengan nafas Indonesia. Hanya sekitar 10-20 persen saja saya memasukkan unsur dunia secara global. Rancangan saya kali ini akan lebih bermain dengan detail di bagian pundak, serta banyak bermain dengan penggunaan aplikasi aksesori,” tutupnya.
(tty)

Besok, 150 Model Cantik Pamerkan 155 Kebaya

Raden Sirait saat show di JFFF (Foto: Gogirlmagz)
 
 SEBAGAI bentuk cintanya pada dunia desain yang membesarkannya, Raden Sirait menggelar hajatan fenomenal yang menampilkan tidak kurang dari 155 desain kebaya dan melibatkan 150 orang model.

Setelah dua kali menggelar pertunjukan tunggal bertajuk “Kebaya For The World” pada 2006 dan 2008, Raden Sirait siap unjuk gigi dengan pertunjukan yang lebih akbar di Taman Ismail Marzuki (TIM), Kamis (31/3) besok. Pergelaran bertema “Kebaya For The World: Journey of Love: Lima Tahun Cinta Raden Sirait untuk Kebaya" ini menjadi wujud dedikasi desainer lulusan Insititut Pertanian Bogor (IPB)  tersebut terhadap dunia fesyen yang membesarkannya. Rencananya, Raden mempersembahkan 155 kebaya cantik dalam pergelaran akbar tersebut.

“Saya akan menampilkan tak kurang dari 155 kebaya meski sebenarnya saya menyiapkan kurang lebih 200 busana,” kata Raden yang dihubungi okezone melalui telepon selulernya, Rabu (30/3/2011).

Pemilihan angka 155 bagi desainer yang akrab disapa Denny ini pun bukan tanpa maksud. “Ada filosofi di balik angka 155 tersebut. 15 itu artinya perjalanan 15 tahun saya berkarier di fesyen dan 5 adalah 5 tahun berkebaya. Maka tercetuslah angka 155,” kata Raden.

Dalam pergelaran tersebut, Raden bakal menyuguhkan karya apik yang secara keseluruhan merupakan masterpiece-nya.

“Saya sudah mempersiapkan rancangan ini sejak 5 tahun lalu atau tepatnya ketika saya baru menapaki dunia rancang kebaya. Jadi, memang sudah terkonsep sejak awal. Di sela-sela rutinitas yang cukup padat, saya selalu menyisihkan waktu untuk mendesain busana untuk pergelaran 5 tahun saya berkarya dan akhirnya terkumpullah hingga sebanyak ini,” bebernya.

Meskipun sebelumnya pria kelahiran Porsea, 28 Maret 1970 sempat mengelar perhelatan tunggal, namun hajatan yang digelarnya kali ini bakal menampilkan sentuhan yang berbeda dari pergelaran sebelumnya.

“Pergelaran ini sifatnya jauh lebih komprehensif di mana mengetengahkan perjalanan saya dalam mendesain kebaya selama 5 tahun ini. Event ini pun merupakan rangkuman perjalanan 5 tahun saya yang pertama kali dan dibuat sangat besar. Dan yang spesial, selain melibatkan 150 orang model, saya pun menghadirkan 20 sahabat saya dari berbagai lini kehidupan saya, mulai dari teman kecil hingga teman arisan,” imbuhnya.

“Kebaya For The World” juga menjadi payung besar bagi pertunjukan tunggal Raden Sirait. Pada 2006 silam, Raden menghadirkan debut “Kebaya For The World” di Ubud, Bali. Kemudian pada 2008, dia kembali menghadirkan pertunjukan tunggal “Kebaya For The World” dengan tajuk “Bintang Bali Bangkit”.
(tty) Share

Raden Sirait Usung Akulturasi Budaya Lokal & Luar

Rancangan Raden Sirait (Foto: Ist) SELALU ada celah menarik untuk memadukan unsur lokal dan luar dalam sebuah busana. Inspirasi itu pula yang menggelitik Raden Sirait dalam rancangan busananya untuk pergelaran akbar yang menandai perjalanan 5 tahun dirinya menekuni dunia rancang kebaya.

Kecintaannya pada kebaya melahirkan keinginan untuk mengeksplorasi busana khas Indonesia tersebut. Dari sana, Raden Sirait kemudian menuangkan kecintaannya lewat sebuah konsep bertema “Kebaya For The World” yang telah ditekuninya selama 5 tahun. Raden memang bisa dibilang pendatang baru di dunia rancang kebaya, namun sebenarnya jebolan IPB ini telah menjajaki dunia fesyen selama 15 tahun lamanya. Guna menandai perjalanannya tersebut, khususnya di dunia rancang kebaya, Raden Sirait pun mengelar perhelatan akbar bertajuk “Kebaya For The World:  Journey of Love: Lima Tahun Cinta Raden Sirait untuk Kebaya" yang digelar pada Kamis, 30 Maret 2011.

Raden Sirait yang khas dengan desain kebaya yang asimetris tersebut bakal mengetengahkan tak kurang dari 155 busana yang terbagi dalam 15 sekuel dalam pergelaran yang bakal diselenggarakan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

“Tujuh sekuel di antaranya akan menampilkan koleksi yang mewakili busana lama, sementara 8 sekuel berikutnya menghadirkan koleksi terbaru,” ujar Raden Sirait yang dihubungi okezone melalui telepon selulernya, Rabu (30/3/2011).

Uniknya, pergelaran yang bakal berlangsung selama 2,5 jam tersebut akan menyuguhkan budaya teatrikal di mana sekitar 150 model lebih terlibat di dalamnya. Keunikan lainnya terletak pada desain yang disuguhkan Raden Sirait. Mantan karyawan marketing di sebuah perbankan nasional ini mengatakan, sajian akulturasi budaya Indonesia dan dunia akan menjadi nilai menarik yang bakal disuguhkan dalam pagelaran tersebut.

“Pergelaran ini akan sangat berbeda dengan yang sudah digelar sebelumnya. Dari perjalanan keliling dunia yang saya lakukan sejak lama, saya  mengumpulkan material unik dari Nepal, India, China, Korea, dan berbagai negara lainnya,” ungkap Raden yang tahun lalu fokus melakukan perjalanan selama 103 hari tersebut.

Meski memakai sebagian material dari berbagai belahan dunia, Raden tetap mengedepankan unsur Indonesia dalam rancangannya.

“Semuanya tetap kental dengan nafas Indonesia. Hanya sekitar 10-20 persen saja saya memasukkan unsur dunia secara global. Rancangan saya kali ini akan lebih bermain dengan detail di bagian pundak, serta banyak bermain dengan penggunaan aplikasi aksesori,” tutupnya.
(tty)

Jupe dan Puluhan Artis Bakal Berlenggok di Catwalk

Julia Perez (Foto: Photoselebriti) PERJALANAN 5 tahun karier rancang busana Raden Sirait ditandai dengan perhelatan akbar yang mengetengahkan konsep pertunjukan teatrikal. Selain menghadirkan model papan atas, Julia Perez dan beberapa artis Tanah Air pun bakal ikut meramaikan pergelaran tunggal tersebut.

Untuk ketiga kalinya, pergelaran “Kebaya For The World” akan diselenggarakan perancang busana kebanggaan Indonesia, Raden Sirait. Mengusung tema “Kebaya For The World: "Journey of Love: Lima Tahun Cinta Raden Sirait untuk Kebaya", Raden ingin menghadirkan rangkuman perjalanannya mengarungi dunia desain kebaya yang sudah dijajakinya selama 5 tahun ini.

Berbeda dari pergelaran pada umumnya, “Kebaya For The World” akan menghadirkan konsep yang baru pertama kali digelar di Indonesia, yakni pergelaran budaya teatrikal. Pertunjukan apik tersebut akan menghabiskan durasi sekitar 2,5 jam dan menyajikan 155 lebih busana kebaya rancangan Raden Sirait.

“Budaya teatrikal tersebut melibatkan Irlan Leksi selaku koreografer fesyen dan Joko Hesti sebagai koreografer tradisi,” ujar Yana Ghopar dari Dua Synergy Communications selaku promotor dan penyelenggara lewat pesan singkatnya kepada okezone, Rabu (30/3/2011).

Turut meramaikan hajatan akbar yang bakal dihelat di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Kamis (31/3) besok, diantaranya lima artis ikon “Kebaya For The World”, yakni Ardina Rasty, Asty Ananta, Imelda Fransisca, Maudy Koesnaedi, dan Nadine Chandrawinata. Hadir artis lain sebagai pendukung acara Agni Pratistha, Andien, Ayu Laksmi, Artika Sari Devi, Berlian Hutauruk, Connie Constantia, Donita, Dave Hendrik, Kamidia Radisti, Dea Mirela, Dicky Wahyudi, Dinda Kanya Dewi, Eza Gionino, Irfan Hakim, Irianti Erning Praja, Iwa K, Julia Perez, Lindy Cistia, Magdalena, Malaffayza, Maya Hasan, Melly Zamri, Novita Angie, Nuri Maulida, Ratih Soe, RNB 3 Batak, Rita Butar-butar, Selfi KDI, Smitha Anjani, Topodade, Wulan KDI, dan Zivanna Letisha Siregar.
(tty) Share

Raden Sirait Pamer Kebaya ala Papua dan India

Raden Sirait pamer kebaya ala Papua & India. (Foto: Dwi Indah Nurcahyani) RAGAM budaya Nusantara dan internasional menjadi inspirasi sekaligus sebuah kesatuan indah yang tersaji dalam balutan sebuah kebaya.

Keindahan kebaya memang selalu menarik untuk dieksplorasi lebih dalam. Ada banyak sisi yang bisa diolah untuk menampilkan keindahan busana adiluhung tersebut, tak terkecuali budaya internasional.

Berlatar belakang kondisi tersebut diusung Raden Sirait dalam pergelaran tunggal “Kebaya For The World: Journey of Love, Lima Tahun Cinta Raden Sirait untuk Kebaya".

Dalam perhelatan bertema teatrikal tersebut, pria asal Porsea itu menyajikan balutan indah kebaya yang mengakulturasi budaya lokal dan luar sebagai inspirasi. Sebanyak 155 lebih kebaya yang dipamerkan sengaja dibuat mewakili budaya masing-masing.

Sebuah sekuel dari 15 sekuel yang dibawakan pada hajatan akbar malam itu mengetengahkan busana khas Nusantara.

Kebaya ala Papua yang identik dengan rumbai-rumbai, kebaya Makassar dengan gaya sasaknya, kebaya ala Sunda yang khas dengan kerah dan belahan runcing di bagian bawah, serta kebaya Jawa, Kalimantan, Sumbawa,  Jakarta, Bali, dan Batak tersaji indah dalam pergelaran berdurasi lebih dari 2,5 jam. 

Selain mengedepankan unsur lokal, Raden juga mengadaptasi budaya luar dalam busana kebaya yang dipamerkannya. Penyuka traveling ini seperti menuangkan kecintaannya menyusuri sudut dunia dalam sajian busana.

"Sejak dulu saya memang suka traveling keliling dunia. Dari perjalanan itu, selain mendapatkan inspirasi, saya pun mendapat banyak kain dan aksesori yang unik dari berbagai negara. Semua material cantik tersebut saya kumpulkan dan kemudian saya gunakan dalam desain pada perhelatan ini," kata Raden yang ditemui dalam konferensi pers di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Kamis (31/3/2011).

Dari 155 lebih busana kebaya yang ditawarkan Raden, 70 di antaranya merupakan masterpiece yang belum sempat dipublikasikan sama sekali. Karya-karya Raden yang mengerahkan 150 model, dan 32 artis dalam pergelaran tunggalnya itu juga mengakulturasi budaya luar seperti  Mesir, Inggris, Afrika, Argentina, China, Korea, Vietnam, Thailand, dan India.

Raden memang membuat kebaya dengan sentuhan khas masing-masing negara tersebut tanpa meninggalkan kekhasannya. Misalnya, kebaya ala Afrika yang diberi aksen macan tutul pada selendangnya, kebaya berbentuk jubah ala Ratu Cleopatra untuk mengentalkan nuansa Mesir, atau kebaya pendek sebatas dada seperti yang kerap digunakan penari khas India.

Meski mengakulturasi ragam budaya dari berbagai pelosok daerah, napas kebaya khas Raden tetap terasa. Itu terlihat dari potongan kebaya yang indah memeluk tubuh, penggunaan torso sebagai dalaman, serta potongan asimetris yang menjadi ciri khasnya. Tak hanya itu, Raden pun tetap mempertahankan material lokal sebagai penunjang busananya seperti ulos, songket, tulle, dan brokat.

"Tidak ada keharusan dalam kreativitas yang saya lakukan. Tapi saya tetap berpegang pada pakem yang menjadi ciri khas kebaya itu sendiri yakni memeluk tubuh dan penonjolan torso," tutur Raden.

Ekspresi kebebasan dalam berkreativitas memang tak berbatas. Sejak kemunculannya lima tahun lalu, Raden sudah mengusung kebaya berpotongan asimetris serta menampilkan warna-warna berani dan provokatif seperti merah, hijau, biru, ungu, pink, gold dan warna terang lainnya yang mendominasi peragaan tunggal yang dihelatnya malam tersebut. 

"Kebaya buat saya adalah inovasi. Tujuan utama saya memang membawa kebaya ke pentas dunia. Jadi kalau saya terbatas ini dan itu saya justru akan kesulitan membawa ‘Kebaya For The World’ ke luar. Makanya saya tampilkan modernisasi kebaya yang bisa dipakai dengan legging, boot, stoking, dan hot pants. Dengan cara seperti ini bukan tidak mungkin kebaya bisa masuk dalam pertunjukan sekelas broadway," tutupnya.
(nsa)

Raden Sirait Berbagai Cinta Lewat Kebaya

Raden Sirait berbagi cinta lewat kebaya. (Foto: Dwi Indah Nurcahyani) CINTA yang begitu luas makna dan cakupannya bisa tertuang dalam berbagai rupa, tak terkecuali dalam sehelai busana. Untuk menggambarkan cinta, takkan ada lahan yang sanggup melukiskannya. Cinta yang begitu agung serta universal bisa tertuang dalam bentuk apapun. Dan, cinta universal ini pula yang diresapi Raden Sirait.

Desainer kelahiran Porsea ini memilih menuangkan sebongkah cintanya untuk mengulik keindahan busana Nusantara.

"Kebaya itu pengejawantahan dari cinta itu sendiri. Cinta tidak bisa dilihat namun bisa dirasakan secara emosional, karenanya perlu pengejawantahan dalam bentuk fisik. Dan kebaya adalah refleksi dari cinta yang saya miliki," kata Raden saat konferensi pers di foyer Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Kamis (31/3/2011).

Rasa cinta Raden terhadap kebaya memang begitu kuat. Itu terlihat dalam 155 busana kebaya lebih yang dipamerkan dalam pergelaran tunggal yang menandai perjalanan dirinya mengolah busana adiluhung tersebut selama lima tahun.

Mengusung tema “Kebaya For The World: Journey of Love, Lima Tahun Cinta Raden Sirait untuk Kebaya", sarjana lulusan Institut Pertanian Bogor ini secara liar menuangkan gagasannya mendesain kebaya. Puluhan kebaya yang sudah berevolusi hadir memenuhi panggung apik berlatar ala Timur Tengah dan Eropa yang kental dengan nuansa gold

Di atas panggung sengaja dibuat berstruktur tiga undakan yang mengguratkan filosofi penggambaran kehidupan manusia tersebut Raden secara gamblang menegaskan ekspresi cintanya yang meletup-letup terhadap kebaya.

Kesan evolusi zaman dan akulturasi budaya lokal dan luar pun sangat kental membaur di antara puluhan koleksi yang ditampilkannya. Pada sesi awal kebaya yang ditampilkannya dominan dengan bentuk kebaya ala Mesopotamia.

Kesan ratu dihadirkan lewat siluet kebaya yang memeluk tubuh dan dipadu dengan bawahan batik, songket, ulos, dan sebagainya. Citra seorang ratu ditegaskan melalui bentuk jubah mantel yang menutup bagian luar kebaya dengan aksen kerah tinggi dan berdiri. 

Di sesi selanjutnya, Raden menyajikan busana kebaya dengan kesan ekstravaganza. Kebaya yang biasanya formil disulap Raden dalam bentuk baju seksi yang dipadu dengan hot pants, stoking, dan bot.

Di pertengahan ada pula kebaya yang mengadopsi berbagai budaya Nusantara. Ada Bali, Papua, Jawa, dan beberapa propinsi lainnya yang menjadi inspirasi. Tak heran, penonton yang memadati Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki pada malam itu sempat dibuat kagum dengan tampilan kebaya yang berpadu rok rumbai-rumbai di mana identik dengan budaya Papua. Atau keindahan kebaya dengan paduan kain yang menjuntai mermotif macan tutul khas Afrika.

Raden sepertinya memang ingin menampilkan keindahan kebaya secara utuh. Keuniversalan kebaya ditampilkan Raden dengan adaptasi seni dan budaya dari seluruh penjuru.

"Misi terbesar saya memang ingin memperkenalkan dan mempopulerkan kebaya di kancah internasional. Jadi, kebaya tak hanya dipakai warga Indonesia tapi juga para pesohor dunia," tutupnya.
(nsa)

Raden Sirait Dedikasikan Kebaya Untuk Bumi

Koleksi Raden Sirait (Foto: Indah) KECINTAAN Raden Sirait terhadap kebaya tak hanya ditujukan untuk personal semata, tapi juga pada Tanah Air, dunia dan alam semesta.

Raden Sirait melanglang buana dengan kebayanya memang bukan sebuah impian semata. Putra Batak ini berhasil membuktikan bahwa kebaya memang bisa diterima di belahan manapun dan dalam kesempatan apapun. Karenanya, eksplorasi pada busana khas Indonesia tersebut tak berbatas. Berbagai konsep liar dan imajinatif mengalir deras dalam tiap busana yang dirancangnya.

Dalam pergelaran bertajuk “Kebaya For The World: Journey of Love, Lima Tahun Cinta Raden Sirait Untuk Kebaya" yang digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Kamis (31/3) malam, sederet kebaya apik nan inovatif pun dipamerkan. Raden memamerkan kreasi indah kebaya dengan berbagai kain Nusantara  dan kain dari berbagai belahan dunia yang sempat disambanginya.

Meski Raden bukanlah desainer yang bisa membuat sketsa, pola, dan menjahit, namun keterbatasan tersebut tak mengurangi keindahan kebaya yang diciptakan Raden. Selalu ada filosofi yang diusung bungsu dari 7 bersaudara ini ketika mengejawantahkan busana tradisional tersebut.

Cinta Raden pada kebaya memang tak sanggup terurai dengan kata. Baginya, cinta itu memiliki tiga ciri yakni, advance, indah, dan baik.

"Saya berusaha membuat kebaya yang saya temukan inspirasinya dan kemudian saya buat dengan bernafaskan cinta. Dan kebaya adalah wujud dari cinta itu sendiri," papar Raden.

Saking luasnya cinta tersebut, 155 lebih kebaya yang dipamerkan Raden dalam pagelaran tunggalnya pun mencakup seluruh elemen, yakni keluarga, sahabat, kolega, Tanah Air, dunia hingga bumi yang menjadi pijakan manusia menjalani kehidupan.

"Cinta itu bukan hanya untuk manusia, tapi juga makhluk hidup lainnya seperti hewan, tumbuhan, dan bumi," ungkap Raden.

Kecintaan terhadap bumi pun diterjemahkan Raden lewat galabusana yang dibawakan salah satu ikonnya Nadine Chandrawinata pada sekuel akhir. Raden yang baru saja ditunjuk menjadi duta WWF tersebut menampilkan unsur alam dalam sebuah busana. Kebaya berwarna toska berbentuk “wrapdress” bersusun di bagian bawah tersebut mengetengahkan lima unsur bumi yakni air, udara, tanah, kayu dan api. Kelima unsur tersebut tersebar dalam ornamen di tangan, hiasan kepala, torso kebaya hingga rok bawah yang bertumpuk.

"Filosofi dari tingkat tumpukan tersebut mengandung arti bahwa laut itu terdiri dari laut dalam, sedang dan butek. Rambut yang menjulang tinggi itu merupakan representasi udara yang membumbung tinggi, sementara torso mencerminkan api, tanah dan laut," katanya.

Lewat busana tersebut, perancang jebolan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini ingin menyampaikan pesan bahwa “Life is Beautiful”. Namun kehidupan yang indah itu pun perlu didukung dengan kesadaran untuk menjaga keselarasan lima unsur bumi yang ada.

"Kalau kita mau hidup di dunia ini harus menyelaraskan lima unsur tersebut. Manfaatnya bukan hanya untuk kita semata, tapi juga demi kehidupan anak cucu di masa mendatang," pesan Raden.
(tty) Share

"Peter Sie Selalu Mendukung Desainer Muda'

Sjamsidar Isa (Foto: Fitri/okezone) PAGI ini, menjadi hari berkabung bagi dunia mode Tanah Air. Desainer senior dan pelopor mode Tanah Air, Peter Sie telah tutup usia pada Jumat (1/4/2011), sekira pukul 05.00 WIB. Namun, banyak kenangan yang masih melekat di hati para kerabatnya. Salah satunya, Presiden IPMI Dipl Des Sjamsidar Isa.

Wanita yang akrab disapa Tjammy itu memiliki kenangan dengan pemilik nama lahir Sie Tiam Ie itu. Di mata Tjammy, Peter merupakan sosok yang selalu memberi dukungan kepada semua pelaku industri mode Indonesia, bahkan desainer muda.

"Beliau panutan semua desainer. Bagaimana dia berkarya dan bergaul. Yang sangat mengesankan beliau selalu mendukung desainer-desainer muda. Dia betul-betul ‘support’. Dia sangat ‘proud’ terhadap karya-karya desainer muda, dan mendukung dunia mode agar maju," kata Sjamsidar saat dihubungi okezone melalui telepon genggamnya, Jumat (1/4/2011).

Terbukti, Peter tak ragu memberikan dukungan penuh untuk para desainer muda dengan menghadiri setiap agenda mode yang digelar.

"Kalau tidak benar-benar sakit, dia pasti hadir. Kendati sudah sepuh, selama sehat dan mampu, beliau pasti hadir," jelas wanita ramah ini.

Tak sampai di situ saja, kekaguman Tjammy terhadap pria kelahiran Bogor, 28 Desember 1929 itu semakin banyak dengan sikap tulus Peter terhadap kemajuan para desainer muda.

"Yang sangat saya kagumi dari dia betul-betul tulus menyemangati yang muda-muda. Dan pancaran mukanya sangat ‘proud’," paparnya.

Untuk menyemangati para desainer muda, Peter senang menjadi bagian dari setiap “fashion show”.

"Dia juga gembira bisa hadir di acara tren-tren mode di mana desainer tampil. Dan saya rasa meskipun jarang ketemu, semua desainer yang muda-muda juga menganggap hal yang sama," tutupnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Peter Sie telah tutup usia pada Jumat (1/4/2011), sekira pukul 05.00 WIB.

"Meninggalnya di rumah, di Tebet. Baru dibawa ke Rumah Duka RS Cikini ruang dua. Nanti sore akan pindah ke ruang empat dan lima," kata petugas bagian Rumah Duka RS Cikini, Nana saat dihubungi okezone, Jumat (1/4/2011).

Setelah disemayamkan mulai hari ini sampai Minggu besok, jenazah Peter Sie rencananya dikremasi di rumah kremasi Oasis Lestari Tangerang pada Minggu, (3/4/2011).

"Rencananya dikremasi di Oasis Lestari Tangerang pada Minggu. Berangkat dari RS Cikini pukul 08.00 sampai 08.30 WIB," jelas Nana.

Belum diketahui pasti penyebab meninggalnya pria kelahiran Bogor, 28 Desember 1929 itu. Berdasarkan surat kematian yang diterima Rumah Duka RS Cikini hanya menyantumkan "penyakit tidak menular".

"Lebih karena usia lanjut, 82 tahun. Ada dokter pribadi yang lebih mengetahuinya," tutup Nana.
(tty)

Misi Edward Hutabarat Berlanjut Ke Madura

Edward Hutabarat (Foto: thajakartapost)MISI 'Cintaku Pada Batik Takkan Pernah Pudar' persembahan Attack Batik Cleaner dan perancang busana Edward Hutabarat berlanjut ke Madura. Kali ini, giliran batik gentongan yang diangkat.

Setelah sebelumnya melakukan kunjungan ke Pekalongan pada 16-18 Desember 2010, Attack Batik Cleaner dan Edward Hutabarat mengundang sejumlah media untuk melihat langsung keberadaan batik gentongan di Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan dan batik kontemporer di Kabupaten Pamekasan, Madura.

"Misi ini adalah keseriusan kami untuk memperkenalkan pada masyarakat luas tentang begitu banyaknya cerita dan kandungan nilai-nilai luhur di balik lembaran kain batik. Oleh karena itu, marilah mencintai batik secara utuh sebagai warisan budaya luhur bangsa Indonesia," tutur Edward kepada Okezone dalam perjalanan menuju batik peseseh (tempat pembuatan batik gentongan) di Tanjung Bum, Madura, Jumat (1/4/2011).

Disebutkan Edward, visi dari perjalanan untuk memberikan pemahaman pada masyarakat luas mengenai tingkat kesulitan pembuatan batik dan tingkat keindahannya sebagai hasil karya. Dengan begitu, kecintaan yang mendalam terhadap batik diharapkan akan muncul.

"Kami sangat bersemangat memperkenalkan lebih mendalam batik madura yang sangat kental dengan unsur kehidupan budayanya. Inilah wujud kepedulian kami dalam menjaga kecintaan pada batik Nusantara," ujar Diana L. Laksmono, Category Manager PT. Kao Indonesia pada kesempatan yang sama.

Untuk mengembangkan batik sebagai warisan budaya luhur bangsa Indonesia, menurut Edward Hutabarat, aspek bisnis dan making money harus dikesampingkan.

"Paling utama adalah cinta. Lalu, sediakan waktu untuk mengerti dan memahami lebih dalam khasanah batik, sembari tidak lupa untuk berbahagia dalam menjalankannya," ucapnya.
(ftr) Share

Batik Getengon, Kain Nusantara Bernilai Tinngi Asal Madura

(Foto: Ist.) BATIK gentongan Madura merupakan kekayaan bangsa yang berkualitas dan bernilai tinggi. Meski harganya tidak murah, batik gentongan selalu diburu para kolektor batik. Mengenali ciri dan proses pembuatannya akan membuka mata kita untuk semakin mencintainya.

Okezone diberi kesempatan ikut mempelajari proses pembuatan batik gentong Madura bersama perancang busana Edward Hutabarat dan Attack Batik Cleaner dalam misi "Cintaku Pada Batik Takkan Pernah Pudar". Perjalanan mengarah tempat pembuatan batik gentongan di Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan dan batik kontemporer di Kabupaten Pamekasan, Madura.

Sedikit cerita mengenai batik gentongan. Penamaan batik gentongan merujuk pada salah satu perkakas penting dalam proses pembuatannya, yakni gentong atau gerabah. Gentong digunakan dalam proses pewarnaan dengan bahan-bahan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti kulit mengkudu, kulit mundu, kult buah jelawe, kayu jambal, kayu jirek, dan sebagainya.

Masing-masing bahan alami memberikan efek warna tersendiri. Lamanya perendaman kain dalam proses pewarnaan mencapai 3-6 bulan. Maka tidak mengherankan jika untuk menghasilkan selembar kain batik gentongan klasik diperlukan pengerjaan hingga setahun.

Ciri-ciri batik gentongan selaras dengan ciri umum batik pesisiran, yakni warna-warna berani (colorful) dan hadirnya corak-corak bahari, seperti kapal, rumput laut, dan lainnya. Selain itu, batik gentongan selintas terlihat basah, padahal ketika diraba tekstur kainnya halus dan kering.
(ftr)

Taruna Kehilangan Peter Sie Meninggal

Peter Sie (Foto: Adisurantha) TARUNA K Kusmayadi terkejut mendengar perancang legendaris Peter Sie meninggal. Ketua Umum Pusat Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) ini mengaku begitu kehilangan.

“Sekretaris saya menginformasikan Om Peter meninggal. Saya kaget sekali,” kata desainer yang kerap disapa Nuna saat dihubungi okezone melalui telepon selulernya, Jumat (1/4/2011).

Nuna memastikan akan langsung ke Rumah Duka RS Cikini, Jakarta Pusat. Kemungkinannya dia berangkat sendiri.

“Saya akan ke sana sebelum salat Jumat. Saya juga meminta sekretariat APPMI untuk mengirimkan karangan bunga ke rumah duka,” sambung desainer ramah ini.

Seperti diketahui, desainer senior dan pelopor mode Tanah Air, Peter Sie telah tutup usia pada Jumat (1/4/2011) sekira pukul 05.00 WIB.

"Meninggalnya di rumah, di Tebet. Baru dibawa ke Rumah Duka RS Cikini ruang dua. Nanti sore akan pindah ke ruang empat dan lima," kata petugas bagian Rumah Duka RS Cikini, Nana saat dihubungi okezone, Jumat (1/4/2011).

Setelah disemayamkan mulai hari ini sampai Minggu besok, jenazah Peter Sie rencananya dikremasi di rumah kremasi Oasis Lestari Tangerang pada Minggu, (3/4/2011).

"Rencananya dikremasi di Oasis Lestari Tangerang pada Minggu. Berangkat dari RS Cikini pukul 08.00 sampai 08.30 WIB," jelas Nana.

Belum diketahui pasti penyebab meninggalnya pria kelahiran Bogor, 28 Desember 1929 itu. Berdasarkan surat kematian yang diterima Rumah Duka RS Cikini hanya menyantumkan "penyakit tidak menular".

"Lebih karena usia lanjut, 82 tahun. Ada dokter pribadi yang lebih mengetahuinya," papar Nana.

Sejak kecil, anak bungsu dari tujuh bersaudara Sie Tjeng Hay, pemilik toko makanan di Bogor ini memiliki ketertarikan pada dunia jahit-menjahit. Dia pun mendapat bimbingan dari Mak Wek -penjahit keluarganya- yang datang setiap dua pekan. Pada usia 15 tahun, Peter berketetapan hati menjadi penjahit. Sekolah formalnya berantakan.

Dua tahun kemudian, kakak iparnya, Kho Han Gao, mengajak Peter ke Belanda. Di sana, Peter masuk Vaschool voor Kleermaker & Coupeuse, Den Haag. Pulang ke Tanah Air pada 1954, dia langsung merintis karier sebagai penjahit.

Sejumlah desainer muda Indonesia beberapa sempat magang pada Peter Sie, salah satunya Harry Dharsono. Peter Sie juga rajin hadir dalam peragaan busana yang diadakan desainer muda.

Peter dikenal karena ketelitian dan kehalusan pengerjaan busana buatannya. Pelanggannya adalah para perempuan kalangan elite, termasuk keluarga Presiden Soekarno. Bahkan hingga hari tuanya Peter Sie masih membuatkan busana untuk pelanggan setianya yang juga mengajak anak-anak perempuan mereka membuat baju di workshop Peter Sie.
(tty)

Peter Sie Meninggal Karena Usia Lanjut

Peter Sie (Foto: Google) DESAINER senior dan pelopor mode Tanah Air, Peter Sie telah tutup usia pada Jumat (1/4/2011), sekira pukul 05.00 WIB. Di usianya yang ke-82 tahun, pria dengan nama lahir Sie Tiam Ie itu menghembuskan napas terakhir di kediamannya.

"Meninggalnya di rumah, di Tebet. Baru dibawa ke Rumah Duka RS Cikini ruang dua. Nanti sore akan pindah ke ruang empat dan lima," kata petugas bagian Rumah Duka RS Cikini, Nana saat dihubungi okezone, Jumat (1/4/2011).

Setelah disemayamkan mulai hari ini sampai Minggu besok, jenazah Peter Sie rencananya dikremasi di rumah kremasi Oasis Lestari Tangerang pada Minggu.

"Rencananya dikremasi di Oasis Lestari Tangerang pada Minggu besok. Berangkat dari RS Cikini pada pukul 08.00 sampai 08.30 WIB," jelas Nana.

Belum diketahui pasti penyebab meninggalnya pria kelahiran Bogor, 28 Desember 1929 itu. Berdasarkan surat kematian yang diterima Rumah Duka RS Cikini hanya menyantumkan "penyakit tidak menular".

"Lebih karena usia lanjut, 82 tahun. Ada dokter pribadi yang lebih mengetahuinya," papar Nana.

Sejak kecil, anak bungsu dari tujuh bersaudara Sie Tjeng Hay, pemilik toko makanan di Bogor ini memiliki ketertarikan pada dunia jahit-menjahit. Dia pun mendapat bimbingan dari Mak Wek -penjahit keluarganya- yang datang setiap dua pekan. Pada usia 15, Peter berketetapan hati menjadi penjahit. Sekolah formalnya berantakan.

Dua tahun kemudian, kakak iparnya, Kho Han Gao, mengajak Peter ke Belanda. Di sana, Peter masuk Vaschool voor Kleermaker & Coupeuse, Den Haag. Pulang ke Tanah Air pada 1954, dia langsung merintis karier sebagai penjahit.

Sejumlah desainer muda Indonesia beberapa sempat magang pada Peter Sie, salah satunya adalah Harry Dharsono. Peter Sie juga rajin hadir dalam peragaan busana yang diadakan oleh desainer muda.

Peter dikenal karena ketelitian dan kehalusan pengerjaan busana buatannya. Pelanggannya adalah para perempuan kalangan elite, termasuk keluarga Presiden Soekarno. Bahkan hingga hari tuanya Peter Sie masih membuatkan busana untuk pelanggan setianya yang juga mengajak anak-anak perempuan mereka membuat baju di workshop Peter Sie.